Trenggalek, PILAR
Dari data penelusuran wartawan koran PILAR NEWS, bahwa di Trenggalek kondisi masyarakat sangat memprihatinkan. Alasanaya dari beberapa kecamatan mulai dari kecamatan Watulimo, Kampak, dan Gondosari, saat ini sudah terserang penyakit cikungunya dan demam berdarah.
Sementara dari pengakuan beberapa perangkat desa, seperti desa Pakel kecamatan Watulimo, selama 6 bulan sudah ratusan orang bahkan ribuan orang yang terserang cikungunya dan demam berdarah yang ada di wilayah kabupaten Trenggalek.
Menurut pengakuan dari Sukidi (Kaur Umum), Sukadi (Kasun II), Gunari Wisanto (Modin) desa Pakel, kecamatan Watulimo, pada tanggal 28 Nopember 2009 dengan wartawan koran PILAR NEWS bahwa didesanya mulai dari RT.01 sampai RT.20, banyak yang kena penyakit cikungunya sebanyak 300 orang dan banyak yang lumpuh, sehingga untuk kehidupan sehari-hari sangat memprihatinkan.
Sudah berupaya berobat mulai dari bidan desa, bernama Kusniah, yang biasa dipanggil monik, mantri, dokter, bahkan banyak yang okname (rawat inap) di Puskesmas Kampak dan Puskesmas Slawe.
Anehnya, sampai saat ini belum juga ada peninjauan dari Dinas Kesehatan bahkan belum pernah ada penyemprotan atau pengasapan (fogging) untuk desa Ngembel dan Pakel.
Padahal sudah banyak yang okname (rawat inap) di Puskesmas maupun di rumah sakit umum Trenggalek. Kena apa dari daftar pasien yang sudah pasti jelas asal-usulnya hingga sekarang ini belum juga ada tindakan dari Dinas Kesehatan Trenggalek.
Hal ini sangat mengecewakan masyarakat dan sangat kurang pedulinya dari Dinas Kesehatan Trenggalek . Lalu bagaimana untuk makan sehari-hari kalau mereka sudah lumpuh dan tidak bisa bekerja. Padahal rata-rata masyarakat sini kebanyakan petani, keterangan dari perangkat desa Pakel tersebut.
Mengembang dari hal tersebut, memang banyak sekali dari beberapa desa yang ada di beberapa kecamatan Kabupaten Trenggalek terserang penyakit cikungunya bahkan demam berdarah.
Sesuai dari hasil penelusuran wartawan koran PILAR NEWS, bahwa kondisi kesehatan maupun ekonominya sangat memprihatinkan. Lalu bagaimana tanggung jawab dari Dinas Kesehatan Trenggalek dengan adanya cikungunya dan demam berdarah yang melanda di daerah-daerah tersebut?
Dan kenapa hampir 6 bulan belum ada tindakan dari Dinas Kesehatan Trenggalek untuk daerah Ngembel dan Pakel kecamatan Watulimo? Dengan adanya penderita penyakit cikungunya dan demam berdarah yang telah melanda di wilayah kabupaten Trenggalek, kami sebagai masyarakat desa merasa sangat prihatin.
Menlihat kondisi yang seperti itu, kami akhirnya mendatangi kantor Dinas Kesehatan Trenggalek pada hari Jum’at, tanggal 8 Januari 2010, menemui kabit P2K dan PL, Ikwanu Kusno, di kantornya.
Hasil konfirmasi kami bahwa Ikwanul Kusno mengatakan, cikungunya dan demam berdarah, bukan fogging yang harus diutamakan, tapi yang jelas PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) yang segera dilakukan oleh masyarakat, gerakan masyarakatlah yang lebih utama dalam pemberantasan jentik-jentik nyamuk pada sarangnya.
Sesuai dengan adanya sosialisasi dan spanduk-spanduk yang terpasang dimana-mana, tentunya masyarakat sudah tahu caran memberantasnya. Kalau untuk pengasapan (fogging) di desa-desa, Kami hanya melaksanakan sesuai laporan dan permintaan dari Puskesmas yang ada di kecamatan maupun permintaan dari kepala desa setempat.
“molai bulan Juli sampai bulan Desember 2009 untuk desa Ngembel dan kecamatan Watulimo, belum pernah ada laporan yang masuk tentang adanya cikungunya maupun demam berdarah di desa tersebut,” kata Ikwanu Kusno, Kabit P2.K. dan P.L., Dinkes Trenggalek.
Dan ditegaskan lagi oleh Ikwanu Kusno bahwa anggaran 2009 untuk Dinas Kesehatan Trenggalek sudah habis. Selain itu obatnya sangat mahal untuk fogging itu.
Dan baru kemarin hari Rabu, tanggal 6 Januari 2010 mengajukan proposal ke Bupati Trenggalek H.K.A.R. Soeharto tentang Kapan realisasinya dana tersebut kami belum jelas. Lalu kapan pemberantasan nyamuknya ? Dan bagaimana kalau tidak segera dilakukan fogging dan P.S.N. (Pemberantasan Sarang Nyamuk) ?
“Sebetulnya cikungunya dan demam berdarah sampai saat ini belum ada obatnya. Dan cikungunya itu tidak berbahaya atau mematikan. Maka yang diutamakan dalam penanggulangan dan pengobatannya adalah demam berdarah dulu, karena demam berdarah sangat berbahaya dan mematikan,” kata Kabit P2.K. dan P.L. Ikwanu Kusno.
Ikwanu Kusno mengatakan bahwa dana fogging tahun 2009 sudah habis untuk penyemprotan di beberapa kecamatan.
Padahal di kabupaten Trenggalek yang kena demam berdarah sudah mencapai 583 orang, dan meninggal dunia 6 orang sampai hari ini. Lalu bagaimana langkah untuk mengantisipasi meluasnya nyamuk demam berdarah selanjutnya ? Untuk kecamatan Pule dan Kampak, paling banyak penderita demam berdarah. Dan kata Ikwanu Kusno, “Jangan berharap bisa diatasi kalau hanya mengandalkan fogging saja”.
P.S.N lah(Pemberantasan Sarang Nyamuk) yang menjadi peran utama.. Dan perlu kerjasama dari Kepala Desa dan masyarakat yang harus bergerak lebih dulu dalam pemberantasan jentik-jentik di lingkungan masing-masing.
Kata Ikwanu Kusno, Kabit P2K. dan P.L. Dinas Kesehatan Trenggalek, “Kalau sudah begini jadinya, dan semua saling mencari kebenaran sendiri, lalu bagaimana nasib si penderita selanjutnya ? Lalu apa gunanya Bidan Desa dan Puskesmas yang ada di kecamatan ? Kenapa sampai tidak melaporkan ke Dinas Kesehatan Trenggalek?
Padahal sudah banyak yang rawat inap dan rawat jalan lewat Puskesmas Kampak dan Slawe. Yang lebih mengkawatirkan saat ini sesuai informasi dari Dinas Kesehatan Trenggalek, bahwa Dinas Kesehatan Trenggalek tidak bisa berbuat apa-apa. Karena anggaran 2009 untuk fogging dan operasionalnya sudah habis. Hanya menunggu pencairan yang diajukan lewat proposal pada hari Rabu, tanggal 06 Januari 2010 ke Bupati. Keterangan Kabit P 2 K. dan P.L. Ikwanu Kusno (San).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar