LASminah
--------------
Seorang pemuda bernama Kunto, pendiriannya kuat, gigih, tekun dan bertanggung jawab dalam keluarga. Namun sayang pemuda pendiam ini hanya mampu menyelesaikan sekolahnya sampai STM. Tapi ia merasa jika itu sudah lebih dari cukup.
.
Kunto, setelah tamat dari Sekolah Teknik Menengah di salah satu sekolah yang tidak terlalu terkenal di kotanya itulah ia ingin membantu orang tuanya untuk mencari nafkah dengan ikut salah satu keluarga warga keturunan
Nah … Hikayat tentang kehidupan Kunto yang agak terlihat aneh kita mulai dari sini. Majikan Kunto mempunyai anak gadis cantik bernama Chien Chien yang sudah hendak menikah. Calon suaminya bekerja diluar
Karena musibah itu kegelisahan Chien Chien tak dapat disembunyikan. Hari-harinya terlihat murung. Waktu terus berlalu, dan yang Kunto ketahui Chien Chien selalu melinangkan air matanya.
Sejenak kita tinggalkan Chien Chien… Pada suatu malam udara panas tiba-tiba menjadi dingin. Dari kejauhan suara petir bersautan. Dalam hati Kunto berkata “ Lebih baik pulang sekarang dari pada nanti kehujanan “. Memang sudah menjadi kebiasaan Kunto selalu pulang malam dari rumah mejikannya, maklum pekerjaan banyak dan kedua majikannya yakni yang laki-laki dan perempuan menaruh kepercayaan yang dalam kepada Kunto.
Namun ketika Kunto hendak pulang dan hendak mengayuh sepedanya tiba-tiba majikan yang perempuan memanggil “ To, tolong guci ini kamu kubur di pemakaman “. Mendadak tubuh Kunto panas dingin karena takut. “ Kenapa harus di kuburan ?”. Gumamnya dalam hati. Namun guci itu tetap diraihnya dan Kunto segera pamit.
Baru beberapa meter saja Kunto mengayuh sepedanya hujan mulai turun. Padahal jarak rumah majikan dengan rumahnya kurang lebih 2 km. Tetapi karena ada rasa penasaran dalam hatinya tentang isi guci, meski hujan semakin deras mengguyur Kunto tetap bertahan diatas sepedanya dan tak mau berteduh.
Sesampainya dirumah setelah tubuhnya kering Kunto segera membuka tutup guci yang terbuat dari keramik. Awalnya ia mengira jika guci itu adalah tumbal dan berisi emas. Namun sontak saja ia kaget, ternyata guci itu berisi kain putih yang penuh dengan bercak darah. Dan semakin ia amati ternyata bercak darah itu berbentuk gumpalan. Pikiran tak tenang berkecamuk dalam diri Kunto. Tak mungkin ia ke pemakaman untuk mengubur guci itu karena hujan dan yang pasti lagi karena takut. Maka terambil keputusan olehnya untuk tidak mengindahkan amanat juragan, akhirnya guci itu ditanam di kamar kosong yang ada dirumahnya atau dikamar sebelah kamar tidurnya.
Beberapa hari setelah itu memang tidak ada hal yang ganjil. Namun setelah sekitar 36 hari atau orang jawa bilang “ Selapan Dino “ Kunto sering merasakan di rumahnya ada bau bayi. Bahkan sering juga Kunto mendengar suara tangis bayi yang nyaring di rumahnya. Tetapi jika suara itu benar-benar dirasakan dan di amati maka akan hilang. Dan suara tangis itu biasanya datang usai magrib. Hal itu berlangsung sekitar tiga bulan, hingga akhirnya suara tangis bayi itu lenyap sama sekali.
Kunto, sejauh itu masih tetap bekerja pada Papa dan Mama Chien Chien. Suasana duka tak lagi terlihat pada wajah Chien Chien, senyumnya kini terlihat cerah. Hingga sekitar satu tahun kemudian Kunto kembali menemukan tanda-tanda yang tidak beres di rumahnya. Dirinya sering melihat anak kecil berlari kadang bermain loncat-loncatan di dalam dan belakang rumahnya. Bahkan pernah saat Kunto hendak masuk kamar mandi dirinya berpapasan dengan anak kecil namun setelah dibiarkan lewat anak itu tiba-tiba hilang. “ Ach,, Cuma illusi “ gumamnya dalam hati. Tetapi hal aneh itu juga tidak berlangsung lama.
Selama adanya kejadian-kejadian aneh itu Kunto tak pernah bercerita kepada siapapun meski dengan orang tuanya. Sembilan tahun telah berlalu, kini Kunhto tak lagi bekerja di rumah Chien Chien. Namun karena mantan majikannya itu baik Kunto sering main dirumahnya walaupun hanya sekedar mampir. Nah.. Dalam kurun waktu sembilan tahun itulah hal aneh kembali terjadi. Dalam mimpi Kunto sering di datangi gadis kecil yang sangat cantik kira-kira berusia sepuluh tahun. Dalam mimpi gadis itu sering membangunkan Kunto jika bangun tidur kesiangan. Atau malam hari jika Kunto ketiduran dan lupa belum sholat Isya’ bahkan tak jarang datang dalam mimpi hanya sekedar bercanda.
Aneh memang,,, “ Siapa ya … Ach, itu hanya mimpi, tapi kenapa selalu dia yang datang …” Itulah yang selalu di pikirkan Kunto. Hingga pada suhatu malam tepatnya malam Selasa Kliwon, udara terasa gerah hingga Kunto merasa sulit untuk tidur.
Sampai akhirnya tengah malam baru sekejap saja dia memejamkan mata, ia merasa di dalam rumahnya ada angin yang bertiup sangat kencang. Sampai ia terbangun dan ketika benar-benar sudah sadar, angin itu masih terasa sangat bergemuruh.
Dan bersamaan dengan hilangnya angin seperti ada suara langkah kaki menuju kamar Kunto. “ Thok .. thok .. thok .. “ Pintu kamar Kunto di kethuk dari luar. Awalnya ia gemetar tapi rasa takut itu hilang karena ia mengira jika yang mengetuk pintu itu adalah ibunya. Gagang pintu di raih, dan setelah pintu benar-benar terbuka, “ J l e g … “. Bersambung … ( Piyoen )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar