Sabtu, 26 Desember 2009

Satu Suro Pantai Serang di Serbu Pengunjung, Bupati Tidak Peduli Blitar, KPN. Satu Muharam 1431 H dalam bahasa jawa disebut Sasi Suro. Dimana bulan te


Satu Suro Pantai Serang di Serbu Pengunjung, Bupati Tidak Peduli

Blitar, KPN.

Satu Muharam 1431 H dalam bahasa jawa disebut Sasi Suro. Dimana bulan tersebut merupakan Bulan yang bersejarah bagi suku Jawa. Seperti yang telah diwariskan oleh para leluhur, sehingga keberadaan dan keyakinannya masih terus di percaya dan menjadi adat istiadat yang terus mengalir begitu seterusnya.

Bertepatan pada 1 suro para warga sekitar pantai dan lainnya selalu merayakannya dengan melarung sesaji ke pantai, sebagai tanda syukur serta permohonan kepada Tuhan sebagai mana adat dan keyakinan yang dianutnya. Begitu juga warga pinggiran yang berada dipantai serang kec.Panggungrejo, kab. Blitar, meskipun 1 suro jatuh pada hari jum'at 18 Desember 2009, namun warga pantai serang merayakannya pada sabtu 19 Desember 2009 sekitar pukul 10.30 wib.

Dengan Dalih kalau hari jumat waktunya yang terlalu singkat karena bersamaan dengan sholat jum'at,sementara bila dilakukan setelah sholat jumat,tidak memungkinkan, karena selepas jam 12 siang ombak di pantai serang terlalu besar, sehingga menjadi kendala untuk melaksanakan larungan sesaji.

Seperti yang dikatakan oleh juru kunci Saulan 55 th. Warga setempat sudah 20 tahun menjadi juru kunci di pantai tersebut. "Dalam keadaan apapun Pelaksaan larung harus dilakukan.sebagai tanda syukur serta suatu permohonan Kepada Allah SWT, agar diberikan kemudahan dalam mencari rejeki dan terhindar dari segala bencana .

Seperti yang telah terjadi pada tahun 2007 Pantai serang telah menelan dua korban jiwa. Sementara sekitar satu bulan yang lalu juga terjadi orang tenggelam yang brujung kematian begitu ujar sang juru kunci.

Dengan dana seadanya Warga pantai serangpun melaksanakan larung berupa buceng, buah-buahan, satu ekor ayam kampung warna putih juga satu kepala sapi yang dilarung kepantai sebagai sesaji buat penunggu pantai tersebut yang dihadiri kepala desa beserta camat, segenap muspika dan warga.

Sementara Bupati sendiri tidak terlihat diacara tersebut menurut pengakuan saulan, Bupati sendiri bisa hadir dua tahun sekali, karena harus bergantian dengan tambak rejo diwilayah Blitar, yang juga melaksanakan larung sesaji ungkapnya.

Walaupun tak semeriah ditempat lain,yang penting pelaksanaan larung telah dilaksanakan disisi lain.."Saulan selaku juru kunci sangat menyayangkan,karena kurangnya kepedulian pihak pemerintah yang terkait dalam pelaksanaan larung disetiap tahunnya" sehingga setiap penyelenggaraan acara larung selalu terbelit masalah dana karena tiada anggaran kusus dalam pelaksanaan tersebut,"untung dalam larung kali ini ada yang menyumbang kepala sapi untuk dilarung, yaitu Gunardi warga Tulungagung, salah satu pengusaha jagal sapi" ujar Saulan sambil tersenyum.

Pihak desa hanya bisa menyumbang seadanya. dengan dana tergolong minim, malam hari sebelum larung juga diadakan pengajian akbar. Selepas larung warga sekitar masih dihibur dengan kesenian jawa, berupa jaranan, dan dimalam harinya juga dihibur pertunjukan wayang kulit. Atas nama warga sekitar pantai serang Saulan mengharap kepedulian pihak pemerintah yang terkait, demi kesejahteraan warga pesisir dan sekitarnya.

Sementara panitia yaitu Sukri 47 thn warga setempat yang juga selaku pamong didesa tersebut sedikit enggan berkomentar tentang keberadaan dana anggaran dari desa, "menurut pengakuaannya dana swadaya masyarakatlah yang bisa diandalkan,sehingga sebelum jauh hari pelaksanaan pihaknya harus menyodorkan profosal kepada Insvestor atau orang tertentu yang berada di wilayah tersebut, tidak heran kalau pengunjung ditahun ini menurun sekitar 70% dibanding tahun sebelumnya".

Bukan itu saja,sebagian pedagang yang mangkal di dekat pantai.juga merasa rugi karena dagangannya yang tak selaris sebelumnnya. Sebagaimana pengakuan Sumi 38 thn warga pantai, salah satu warung yang menjual makanan dan minuman, seharusnya di hari-hari besar seperti perayaan suro banyak pengunjung yang Mampir diwarungnya, seperti tahun-tahun yang lalu, namun ditahun ini sepi banget "Ujar sumi sambil menggerutu".

Sebagian warga juga nampak kecewa dengan pihak pemerintah,atas kurang pedulinya terhadap kelestarian dan setiap perayaan di pantai tersebut. Padahal pelaksanaan larung juga demi kesejahteraan dan ketentraman warga serang, agar tak sering terjadi bencana seperti yang pernah terjadi ungkapnya (gfrn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar