Rabu, 12 Mei 2010

Cawali Independen Fitradjaja Purnama Buka Kenangan tentang KH Abdurrahman Wahid Heran Melihat Gus Dur Terima Amplop dari Panitia



Surabaya Jatim, PILAR.

Fitradjaja Purnama, calon wali kota dari jalur independen, kemarin (24/5) menyambangi ratusan ibu yang istighotsah di pesantren dan panti asuhan Nurul Falah Jemur Wonosari Gang Lebar. Kepada mereka, pria 39 tahun itu bercerita soal kedekatannya dengan mantan Presiden RI Almarhun KH Abdur Rahman Wakhid (Gus Dur).

FITRA menyatakan mengenal Gus Dur saat masih duduk di semester V (lima) Teknik Mesin ITS. "Saya ini kenal Gus Dur sekitar tahun 1993. Masih sangat kecil," ujar Fitra kepada ibu-ibu peserta pengajian. Di kalangan warga siraman rohani di Nurul Falah itu dikenal pengajian Sabtu Pahing.

Kala itu Fitra berkepentingan menemui Gus Dur untuk menjadi pembicara seminar di Sura­baya. Seminar tersebut membahas pengentasan kemiskinan. "Gus Dur menjawab, wah sekarang kemiskinan diseminarkan juga ya," kata Fitra, me­nge­nang pertemuan pertama dengan Gus Dur.

Karena ingin mengenal lebih jauh sosok guru bangsa tersebut, Fitra kemudian mengantar lang­­sung undangan seminar itu ke Kantor PB NU. Gus Dur pun datang ke Surabaya. Namun, Fitra terhenyak ketika sosok yang di­bangga­kannya itu bersedia menerima honor sebagai pembicara. "Biasanya, pemahaman saya di kampung, dai yang baik adalah mereka yang menolak honor saat memberikan ceramah," katanya.

Karena terus bertanya-tanya, Fitra pun terus mengikuti langkah Gus Dur. Rupanya, di sebuah ruang, Fitra mendapati Gus Dur me­ne­mui seorang ibu yang merengek karena tak kuat membayar anaknya bersekolah. "Saya tahu betul. Amplop yang diberikan panitia tadi ti­dak dibuka oleh Gus Dur, langsung diberikan ke­pada ibu tadi," ujarnya.

Fitra menyatakan kecewa karena sudah berprasangka negatif terhadap sosok yang dianutnya itu. Pelajaran yang dipetik, Gus Dur tak pernah memikirkan materi untuk bergaul dengan sesamanya yang membutuhkan. "Ya itu tadi, semuanya diberikan," katanya. Sejak itu hubungan Fitra dengan Gus Dur makin dekat.

"Bagi kami, Gus Dur adalah sosok mulia. Me­nurut­nya, orang hidup itu hanya sekali, ma­ka harus dikenang banyak orang layaknya Gus Dur," kata Fitra yang disambut tepuk tangan ratusan ibu.

Selain soal kedekatakan dengan Gus Dur, Fitra mengapresiasi kaum ibu Surabaya yang giat mendekatkan diri kepada Tuhan, termasuk istighotsah. "Saya membayangkan betapa sejuk­nya Surabaya kalau kaum ibu di semua kampung melakukan ini," jelasnya. Menurut dia, kualitas warga Surabaya amat bergantung dari kedekatan kaum ibu terhadap Tuhannya itu.

"Bagi saya, menjadi wali kota persoalan gam­pang. Yang sulit adalah menjaga moralitas warga Surabaya tetap dekat kepada Tuhan seperti ini," katanya.

Kepada jamaah, Hj Muaddah Rachmalia, pe­milik ponpes memiliki cara tersendiri mem­perkenalkan Fitra. "Ingat ibu-ibu kalau makan itu tak cukup empat sehat tapi juga harus lima agar sempurna," kata Muaddah disambut derai tawa jamaah.

Setelah usai acara itu, kaum ibu yang terkesan dengan perkenalan itu mendapuk Fitra berdiri di tengah mereka. Jamaah pengajian itu be­re­but­­an bersalaman dengan calon pemimpin mu­­da itu. Mereka tampaknya berusaha me­ngingat-ingat wajah Fitra saat pemilihan nanti. "Pak Fitra makin berusaha keras ya agar suk­ses," kata seorang ibu. (git/c10).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar