Minggu, 07 Maret 2010
53 Guru RSBI dari 17 Sekolah di Jatim “Meguru” Ke Singapura
Yang membanggakan, dari 17 se¬ko¬lah, untuk sementara sekolah yang disetujui mengadakan MoU de¬ngan St Francis Methodist School, Singapura, adalah SMPN 1 Tulungagung. MoU itu ba¬kal ditindaklanjuti dengan meng¬adakan pertukaran pelajar dan guru.
Tulungagung, PILAR
Banyak jalan menuju Roma, peribahasa yang menggambarkan banyak cara untuk menuju kota Roma yang dapat kita terjemahkan menjadi banyak jalan menuju kesuksesan. Seperti yang dilakukan tim pendidikan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Kabupaten Tulungagung, bersama 53 guru RSBI perwakilan dari 17 sekolah di Jawa Timur, yang harus “meguru” ke Singapura, pada tanggal 4 Februari lalu. Tim RSBI tersebut, terdiri dari Kepala Sekolah Pendidikan Drs Winarto MM, Kepala SMP Negeri Tulungagung Drs Bambang Agus Susetyo MM, MPd, Wakil kepala Sekolah SMPN 1 Tulungagung Gatot Pribadi Laksono MM dan Penanggug Jawab RSBI SMPN 1 Leni Agustina.
Yang mreka lakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Jawa Timur, khususnya sekolah-sekolah yang sudah masuk dalam katagori RSBI. Yang pertama kalai dilakukan sesampainya di Singapura adalah mengikuti seminar tentang sistem pendidikan di Singapura. Seminar diadakan di Hall Salvation Army, Upper Bukit Timah Road Singapore. Seminar yang berlangsung lebih dari dua jam itu dipandu Anwar Kholil, dari direktorat pembinaan SMP yang menguasai tentang pendidikan di Singapura. Seminar juga dihadiri Irawati, pemimpin Momentum Institut, sebuah lembaga yang menjalin hubungan luar negeri.Dalam sesi tanya jawab, peserta yang sebagian guru sangat antusias.
Mereka bertanya tentang berbagai materi yang bisa diadopsikan di Indonesia. Tentunya untuk kemajuan pendidikan di tanah air. Kami hampir seharian berdiskusi tentang kelebihan pendidikan di Singapura, seperti dikatakan Winarto. Masih kata Winarto, di hari kedua, mereka menggunjungi Bristol Business School. Sarana pendidikan di Bristol Business School sangat lengkap. Gedungnya sangat megah. Perpustakaan dikelola secara digital. Sangat mudah untuk mendapatkan buku yang diperlukan.Juga terdapat ruang keterampilan, laboratorium multimediva, hotspot area, dan masih banyak fasilitas lainya. “Pokoknya, pelajar akan kerasan selama belajar di Bristol Business School. Terbukti, meski jam sekolah telah berakhir, siswa tetap betah tinggal di perpustakaan,” kata mantan Kepala SMA Negeri Boyolangu itu.
Dan, pada hari ketiga rombongan melanjutkan ke Science Camp. Di sekolah kejuruan ini, Winarto dan rombongan melihat aktivitas siswa-siswi dalam merancang baju. Sekolah ini memang mencetak siswanya siap kerja. Tak hanya itu, di samping ruangan itu ter¬li¬hat beberapa siswa yang didampingi guru tam¬pak serius mengerjakan sesuatu. Di ru¬angan itu dilengkapi dengan komputer digital. Puluhan siswa tersebut ternyata mengikuti pelajaran bursa Valas (valuta asing), marketing, serta Event Organizer (EO).
Begitu juga di samping ruang wi¬ra¬usaha, perpustakaan digital menjadi daya tarik tersendiri da¬ri rombongan RSBI Tu¬lung¬agung. Dalam ruangan itu pu¬luh¬an komputer tersebut tak ada sa¬tu¬pun nganggur. Meski begitu, masih terlihat ko¬lek¬si buku yang jumlahnya ri¬bu¬an, ditata dengan rapi di masing-ma¬sing rak dan tersusun menjadi ti¬ga bagian. Yang menarik dari se¬ko¬lah ini, tersedia ruang ma¬sa¬lah berukuran kurang dari 3x2 me¬ter. Ruangan tersebut di¬gu¬na¬kan siswa yang ketinggalan pe¬la¬jaran dan mengalami kesulitan me¬nangkap pelajaran selama gu¬ru mengajar. “Mereka diberi ke¬sem¬patan untuk menunggu pe¬la¬jar¬an,” terangnya.
Di hari ke empat da¬ri 53 peserta yang terpilih, 10 pe¬ser¬ta yang mem¬pu¬nyai ke-mam¬puan Bahasa Ing¬gris, diberi ke¬sempatan men¬jadi pengamat ke¬giatan di sebuah se-kolah in¬ter¬na¬sional yakni, St. Fran¬c¬is Methodist School. Se¬ko¬lah ini me¬mi¬li¬ki murid dari ber¬ba¬gai Negara. Sekolah ini banyak men¬da¬pat¬kan penghargaan, terkait dengan pen¬didikan yang sudah me¬ne¬rap¬kan System Moving Class, fa¬si¬li¬tas sekolah standar in-ter¬na¬sio¬nal, sertifikat ISO9001:2000 ten¬tang Sistem Manajemen Mu¬tu, dan ISO 27001 Sistem Ma¬na¬je¬men Keamanan Informasi, di¬ma¬na sertifikasi meliputi sis¬tem IT serta jaringan pe¬ren¬ca¬na¬an bisnis dan keuangan, staf dan informasi murid.
Begitu juga 10 peserta tersebut di¬pilih mengikuti proses belajar me¬ngajar. Kegiatan belajar me¬ngajar dengan bahasa Inggris an¬ta¬ra guru dan murid. Akhirnya ke-gi¬atan berakhir pukul 15.00 dan seluruh peserta kembali ke penginapan.
Pada hari ke empat, seluruh pe¬ser¬ta diberi kesempatan untuk me¬ngunjungi toko buku yang ter¬besar dan terlengkap di Si¬nga¬pu¬ra. Seluruh peserta sangat senang ka¬re¬na toko tersebut dapat di kon¬sultasikan untuk mencari buku-buku bilingual.
Yang membanggakan, dari 17 se¬ko¬lah, untuk sementara sekolah yang disetujui mengadakan MoU de¬ngan St Francis Methodist School, Singapura, adalah SMPN 1 Tulungagung. MoU itu ba¬kal ditindaklanjuti dengan meng¬adakan pertukaran pelajar dan guru, kata Winarto pada PILAR. (tok)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar