Tulungagung, PILAR
Dua pasang sejoli yang mengikat janji mulanya memang kelihatan romantis dari kacamata yang melihat, laki-lakinya tampan dan penyabar dan wanitanya cantik dan lemah lembut tergolong punya iman. Keterangan yang kami peroleh dari nara sumber yang mana laki-laki tersebut memang tampan. Tapi tergolong orang yang tidak punya perasaan dan kejam. Buktinya baru 16 hari duduk berdua di kursi pelaminan, mempelai laki-laki, Ichwan Habibi dari Desa Besuki Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar memulangkan isterinya kepangkuan orang tuanya dengan maksud mau diceraikannya.
Dari keterangan isterinya dan mertuanya di Desa Simo Kecmatan Kedungwaru Tulungagung bahwa sebelum ada kese[pakatan kejenjang pernikahan, tidak pernah terlintas sifat yang kejam. Tragisnya, setelah terjadi ahad nikah, munculah sifat dan karakter aslinya. Itupun sang isteri masih menutupi dengan rapat agar tidak tercium dengan sanak keluarga, bahkan orang tuanya tentang kebusukan suaminya. Setelah pelaksanaan pernikahan tanggal 14 Oktober 2009 dan dirayakan di pelaminan dengan meriah pada tanggal 30 Januari 2010 di Desa Simo Kecamatan Kedungwaru Tulungagung, Ichwan habibi memboyong isterinya kerumah orang tuanya di Desa Besuki Kecamatan Udanawu Blitar dengan diantar rombongam dari Desa Simo Kecmatan Kedungwaru Tulungagung.
Tragisnya baru setelah 16 hari setelah pesta pernikahan berlangsung, tepatnya hari Selasa tanggal 16 Februari 2010 jam 14.00 dengan dihantarkan orang tuanya dan keluarga lainnya, Ichwan Habibi menyerahkan isterinya ke mertuanya dengan maksud mau diceraikannya dengan alasan tidak ada kecocokan. Dalam hal apa? Semua tidak tahu dan tidak jelas.
Yang lebih menyakitkan lagi, keterangan dari isteri Ichwan Habibi selama berada di rumah mertuanya, dia dianggap sebagai babu atau pembantu dan sehari dibayar Rp 10.000,00 dan di bayar bukan dengan uang tapi dengan sehelai baju baru. Bahkan mertuanya pun pandai bersndiwara di depan baik tapim di belakang saya mengatakan pada tetangga bahwa mereka tidak suka dengan mertuanya. Tanpa alas an yang jelas, satu minggu kemidian tepatnya hari Rabu tanggal 24 Februai 2010 jam 9 malam, Ichwan Habibi bersama seseorang yang mengaku keluarganya yang rumahnya seputaran Campurdarat Tulungagung dengan tujuan minta tanda tangan agar mau di ceraikannya, alasannya tidak ada kecocokan.
Diduga orang yang diajak Ichwan Habibi adalah pengacaranya. Kalau tidak cocok dan tidak suka, kenapa selalu minta dilayani layaknya suami isteri setelah puas dicuekin, kata isterinya. Dengan rasa sakit, marah dan kecewa atas kelakuan suaminya yang telah menginjak-injak harga dirinya, hanya bisa berdoa dan pasrah. Dia sosok wanita yang sabar dan tabah karena dia sangat yakin dengan kebesaran dan keadilan Allah SWT.
Lagi pula dia anak seorang tokoh agama yang boleh di kategorikan anak seorang kiyai. Konon beliau sosok kiyai yang punya jiwa besar dan sabar. Menurut kacamata kami, kami juga yakin bahwa Allah pasti mendengar jeritan-jeritan makhluknya yang teraniaya lahir batin. Kami juga berharap pengadilan agama Tulungagung di dalam gedung barunya, bertindak arib dan bijak. (san)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar