Sabtu, 27 Maret 2010

Jembatan Pantai Konang Rawan Ambrol, Binamarga dan Pengairan Tutup Mata


.
Trenggalek, PILAR.
Upaya pemerintah dalam mengabulkan pembuatan jembatan konang di desa Nglebeng kecamatan Panggul Trenggalek sangat membuat kecewa masyarakat yang lalu lalang di jembatan tersebut.
Mulai dari pondasi pancang, pondasi pinggir jembatan bahkan seluruh konstruksinya dan lantai jembatan sangat mengawatirkan. Dari hasil survey kami dan beberapa nara sumber di sekitar jembatan yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, bahwa jembatan tersebut dikerjakan tidak sesuai dengan bersteknya terbukti beberapa konstruksinya yang tidak memenuhi syarat.
Contoh mulai dari paku pancangnya,setelah di bebani jembatan ada yang retak. Pondasi jembatan di bagian kiri dan kanan di sebelah timur dan barat, retak retak bahkan ambrol. Hanya di tambal dengan pasangan batu dan sekarang retak-retak lagi. Cor sloop yang ada di bawah jembatan kropos semua, bentuk tidak karu-karuan bergelombang seperti ular, Cor lantai yang numpang di pondasi sebelah timur putus.
Dari beberapa nara sumber yang dulu ikut mengerjakan jembatan mengatakan, bahwa dalam mengerjakan Cornya yang seharusnya memakai perbandingan 1:2:3,dikerjakan 1:4:7. Bahkan menggunakan air asin (air laut) ujarnya.
Dari keterangan masyarakat, pengerjaan jembatan tersebut dikerjakan oleh CV. Gunalan Jaya yang Direkturnya bernama Jilan.Tapi anehnya di papan nama yang ada di timur jembatan tertera PT/CV RUKUN MAS LANCAR JAYA. Yang benar yang mana?.
Pembangunan jembatan (DPDF PPD) Yang volumenya B: 90 M, L: 4 M, dikerjakan mulai 20 Agustus 2009 selesai 17 Nopember 2009 dengan dana Rp 1.997.998.000,00 untuk pembayaran dua termen kata nara sumber.
Adapun dana total menurut informasi kurang lebih 4,8 milyar, yang sangat menarik pembangunan jembatan Konang, masyarakat banyak yang menjadi korban. Istri dari salah satu masyarakat yang berdomisili di sekitar jembatan hilang entah kemana, hingga sekarang belum ditemukan, konon kabarnya di bawa lari oleh salah satu pengawas proyek tersebut.
Korban berikutnya tempat kos karyawan dan tempat barang-barang penitipan stock proyek tidak di bayar. Bahkan warungpun ikut menjadi sasaran korban, dengan susah payah menyiapkan makan untuk semua pekerja, ternyata apa yang didapat bukan untung tapi buntung.
Jahatnya lagi dan teganya memakan dari hasil keringat orang, bahkan pekerja yang bekerja perhari Rp 30.000,00 tanpa makan, bekerja 1 bulan hanya di bayar 20 hari. Jadi yang 10 hari katanya potongan kantor, dan itu dilakukan oleh mandor bernama Rony dari Ngentrong, kecamatan Karangan.
Yang tidak masuk akal, dengan kondisi jembatan yang seperti itu, ternyata dari pihak konsultan maupun dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten Trenggalek tutup mata. Terbukti kondisi fisik yang ada dibawah lantai jembatan dan lain nya yang kropos kropos di biarkan saja hingga sekarang.
Ada apa di balik semua ini antara kontraktor PT/CV dengan Binamarga dan Pengairan? Dan juga bagai mana tanggung jawab konsultan yang di tunjuk dalam pelaksanaan jembatan tersebut? Dengan adanya anggaran pemerintah yang di keluarkan sebanyak itu dan dengan hasil pengerjaan yang tidak sesuai dengan kondisi fisik yang ada, apakah Pemkab tetap tutup mata? Bersambung *SAN*

1 komentar: